Gia si Malaikat Kecil dari Ciamis

"De Gia berbisik kepada mamahnya yang bikin saya kaget, ternyata dia minta dipeluk sama saya, apahnya" 
(Kyai Fadlil Yani Ainusyamsi, pembina pondok pesantren Darusallam, Ciamis)

Kalimat biasa dari Gia anak perempuan kecil yang kangen dipeluk ayah atau biasa dipanggil Apah, tapi jadi luar biasa buat saya ketika mendengar cerita ini dari apah Gia ketika kisah tentang anak perempuannya ini diluncurkan menjadi sebuah novel, minggu Siang 11 maret 2018. 
Gia dan Apah (foto IG. Gia)
Gia dan Mamah Chusna Arifah (foto IG. Gia)
Karena dari diary yang ditulis Nazila Apregia Reigane atau biasa dipanggil Gia  dalam bentuk novel berjudul Gia the diary of a little angel ini, saya tahu anak kecil ini perasaannya halus banget. 

Betapa dia mengerti kesibukan kedua orang tuanya mengasuh ribuan santri dan mengajar disalah satu universitas negeri di Bandung, sehingga tidak mau merepotkan mereka, bahkan berfikir lamaaaa banget untuk meminta sebuah pelukan (tulisan yang bikin haru ini, bisa dibaca halaman 27, Peluk Aku, Apah).

Lalu apa keistimewaan Gia yang sudah meninggal dunia 8 Oktober 2015 lalu, ketika umurnya belum genap 11 tahun?.  

Yuuup anak cantik seperti yang terlihat di halaman belakang novel Gia ini didiagnosis menderita Acute Myeloid Leukemia, sejenis penyakit leukemia langka yang jarang diderita anak-anak.
Gia (foto IG. Gia)
Anak bermata bulat seperti bola pingpong ini rajin menulis diary, bahkan ketika dia sakit. Ketika menulis ini airmata saya mengembang, karena saya seorang ibu dari satu putri, sedih membayangkan bagaimana perasaan mamah dan apahnya Gia ya.... 

Perasaan haru biru ini juga yang menjadi salah satu alasan penulis buku Irma Irawati memperjuangkan coretan Gia di diarynya menjadi sebuah buku novel. 
Irma merasa beruntung sempat mengenal Gia, karena dari Gia, dia bisa belajar banyak mengenai keberanian dan bersikap positif dalam menghadapi penyakitnya.

Cukup satu bukan bagi Irma untuk menyusun diary Gia yang sudah berdamai dengan penyakitnyadan meninggal dalam usia lebih dari 10 tahun ini, menjadi sebuah novel Gia The Diary of A Little Angel, yang diharapkan bisa menginspirasi dan menguras emosi banyak orang.

Aapalagi ada dorongan dari kedua orangtua Gia, yang dekat dengan kehidupan pesantren yang kental di Ciamis, untuk membukukan diarynya menjadi sebuah novel.
Alasan paling utama bagi kedua orang tua Gia, selain sebagai pengingat bahwa mereka pernah dititipkan anak  baik dan istimewa oleh Allah, isi diary Gia rasanya mampu memberikan semangat untuk anak-anak Indonesia yang menderita leukemia seperti anak bungsunya ini. 
Gia menurut mereka tidak pernah putus harapan, tegar dan pasrah kepada Sang Maha Penyembuh,  Allahu Asy-Syaafi. 

Menulis diary menjadi salah satu cara agar badan dan tangannya tetap lentur, karena ketika Gia terdeteksi penyakit leukemia ini syaraf motoriknya sempat kaku (Mengetuk Pintu-pintu Rumah Sakit, hal.72) 

Ah Gia, anak baik budi ini bikin saya meleleh lagi, ketika membaca diarynya (Ulang Tahun Paling Istimewa hal.92), dia mendoakan salah satu gurunya agar punya keturunan, dan acara ulang tahun itu ternyata menjadi ulang tahun terakhir buat Gia.
Ultah Gia ke 10 (foto IG. Gia)
Dari buku ini ada bagian yang paling ingin saya baca, tapi tidak kuat rasanya, membaca saat-saat terakhir Gia menutup mata. Si pecinta hello kitty ini pergi hanya sempat disaksikan oleh mamah, teh Adah pengasuhnya dan bu Aam kerabatnya.(Dan Malaikat Kecil Itu Pergi, hal. 114).

Selamat jalan Gia sayang, semoga kita semua bisa siap kehilangan seseorang yang kita cintai, dan bisa menghadapi ujian terberat dari hidup ini. 

Selain itu untuk mengenangnya, nama Gia diabadikan Apah menjadi nama gedung kesenian yang sedang dibangun di pondok pesantren Darusallam di Ciamis.

Serunya lagi kisah Gia ini juga sedang dalam proses untuk diangkat ke layar lebar, aaaah pasti Gia bahagia diatas sana ya, melihat kehidupannya bisa menginspirasi banyak orang, Aamiin.

Terima kasih untuk Gramedia dan Bhuana Ilmu Populer yang menerbitkan buku Gia, seharga 45 ribu rupiah,   menjadi sebuah novel berdasarkan kisah nyata ini bisa menginspirasi banyak orang.πŸ’™πŸ’šπŸ’›πŸ’œπŸ’•

Komentar

  1. Menginspirasi banget ini Bu Hanny. Anak berusia 10 tahun berani dan ikhlas menghadapi penyakit yang dideritanya.

    Semoga almarhumah mendapat tempat terindah di sisi Allah Subhanahu Wata'ala, aamiin

    BalasHapus
  2. Huwaaa jadi teringat lagi kisah Gia. Sekarang novelnya dibawa temanku, dia penasaran dengan De Gia. Aku ya ga tega tiap ingat Gia. Betapa hebatnya perjuangan little angel ini melawan leukemia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku kebayang kalau seandainya terjadi di kita, bisa kuat kyk gitu gak ya

      Hapus
  3. Aku rasanya bakal menghindari buku ato film ini. Kenapa? Karena aku pasti nangis sih mba :( . Baru baca tulisanmu di atas aja udh mberebes mili gini.. Ga tega, lgs kebayang jg anak di rumah... :(.. Semoga gia sudah senang di surga Nya yaaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, pas lihat orang tuanya aku juga mikir, apa bisa ya sekuat dan setabah mereka

      Hapus

Posting Komentar