Tidak sabar rasanya menunggu hari jumat, karena Dr. Hardi rencananya mau ngasih mama infus perangsang biar kamu cepat lahir, dari perkiraan semula 15 Oktober 2006.
"Pop dan Baby Nay.jpeg" |
Hari itu mama ditemenin sama Tante Santi Cakrawala di rumah. Dia bawain Jus Apel sama batagor, lumayan bisa makan banyak sore itu.
Pas papa Dy pulang, entah kenapa mama minta dia bantuin membersihkan kipas angin, beresin baju papa Dy untuk nginep di rumah sakit padahal masih ada hari esok.
Sayangnya waktu nemenin Papa Dy buka puasa, rasanya kok malas makan, jadinya nasi yang cuma sedikit dihabisin sama papa Dy (malam itu papa Dy lapar terus, kentang goreng sama cincau hitam langsung disikat tanpa jeda ).
Pukul 21.30 mama pupita tapi ada campuran darah sedikit, pasti dong mama teriak. Cuma kata papa Dy ga apa-apa, jadi mama langsung tidur tapi terus terang sih Mama mengharapkan papa Dy ngajak ke rumah sakit, ga tau kenapa.
Pecah ketuban
Ternyata malam itu tepat sekitar pukul 21 mama keluar flek. Katanya dari buku-buku yang mama baca, itu tanda-tanda mau melahirkan.
Senang campur takut, akhirnya hari itu tiba juga. Mama sempat konsultasi sama mamanya Laras yang minta mama langsung ke rumah sakit.
Papa Dy langsung pesan taksi dan panggil mba Atun untuk bantuin bawa tas (mba Atun yang bantuin kita beres-beres rumah, kebetulan rumah di sebelah rumah kontrakan kita). Malam itu kita (mama dan papa dy) berangkat ke Alvernia Agusta.
Sampai di kamar perawatan, papa Dy baru menghubungi mami untuk datang ke rumah sakit. Di saat yang sama ketuban mama pecah. Tadinya ga tau itu air ketuban sempat malu juga soalnya tiba-tiba mama pupita tanpa bisa di tahan dan membasahi seluruh baju, ternyata itu air ketuban.
Karena tensi tinggi air ketubannya sudah hijau (tapi suster gak mau ngasih tau tingginya berapa), sedangkan pembukaan lahir setelah ditunggu selama satu jam, tidak bertambah tetap pembukaan satu, maka dr. Jhoni sama dr. Hardi memutuskan untuk Cesar.
Ya ..... kan mahal, ups he..he..., enggak kok biayanya sudah kita siapkan untuk cesar (jaga jaga kalau gak bisa lahiran normal). Yang paling penting mama takut di operasi, takut banget di belek’-belek’ perutnya.
Lahiran di ruang operasi Rs Persahabatan
Mami atau oma Hanna yang kebetulan waktu itu sudah sampai di Rs Alvernia Agusta (oma dianter om kris, papanya Daffa sudah balik lagi ke pondok gede), ikut naik dengan ambulance ke Rs. Persahabatan untuk cesar.
Karena waktu itu Rs Alvernia Agusta belum ada ruang operasinya. Kebetulan dokter Hardi bekas Kepala di rumah sakit Persahabatan jadi punya tempat untuk operasi cesar semua pasiennya.
Sedih banget, ternyata pas operasi ga boleh ditungguin sama papa Dy (mungkin karena gue bukan ngartis kali, tapi papa Dy pasti seneng ga harus lihat darah).
Makanya pas mama menggigil karena obat bius lokal sudah bereaksi, mama cari tangan untuk pegangan, untung dokter anestesi yang berdiri di belakang merelakan tangannya untuk dipegang, uhui....
Ketika di operasi mama belum tahu kalau perut mama sudah di buka, untung dokter yang merelakan tangannya untuk di pegang itu, ngasih tau kalau perut mama sudah di buka, ooooh nooooo..... horor banget.
Rupanya, biar mama ga denger, mereka membuka perut mama sambil ngobrolin yang lain. Mama sempat lihat dari kaca yang ada di atas mama, ada kaki yang diletakkan di dudukan terpisah kiri dan kanan ternyata itu kaki mama, tapi tidak terasa karena obat bius setengah badan sudah bekerja.
Dan akhirnya keajaiban itu dimulai pada pukul 1.30 WIB, 12 Oktober 2006 kamis dini hari, ketika dokter yang mama pegangin tangannya (iiih siapa sih namanya) diminta untuk mendorong perut mama dari atas karena kamu sudah saatnya keluar.
"Maaf ya bu, perutnya saya tekan" katanya, begitu dia tekan perut seperti balon kempes dan langsung ada suara tangis bayi.
Suara kamu keras juga ya, pas nangis ketika untuk pertama kali menghirup udara bumi. Mama jadi ikutan nangis, bahagianya penantian sembilan bulan selesai sudah,dokter yang ada dibekang gw akhirnya ngasih tahu kalau tensi gw 180 pas mau lahiran ya Allah untung gak pre-eklampsia.
Hanya beda tiga hari dari perkiraan dokter kamu lahir nak (perkiraan 15 Oktober, tapi 12 Oktober brojol sudah). Sedihnya kamu ga langsung dikasih ke mama karean tensi mama masih tinggi, mama cuma bisa lihat kamu lewat disamping mama belepotan dengan lemak dari dalam perut.
Mama sempat teriak, kakinya lengkap ga....lengkap bu, tangannya lengkap ga...lengkap bu. Alhamdullilah, kamu lahir dengan berat 2,5 Kg, panjang 47 Cm.
"telapak kaki Nay.jpeg |
"Nay 1 bulan.jpeg" |
Nama istimewa buat kamu
Kita sudah menyiapkan nama yang cantik lo buat kamu, walaupun sempat nama depan kamu diganti dari Andrea (vokalis The Corrs cantik deh pokoknya) jadi Alanis (Alanis morisette, kebetulan kita berdua suka sama lagu-lagunya).
Sedangkan tambahan nama Nayla, mama sudah suka dari sejak dalam perut karena artinya "Insya Allah apa yang kamu inginkan akan terkabul". Karena bulan ramadhan biar afdol jadi nama terakhir, lengkapnya Alanis Nayla Ramadhani.
Papa sempat lupa untuk meng-Qomatkan kamu, soalnya hari itu papa ngantuk berat begadang nungguin kamu lahir. Untung paginya mama ingat, berdua dengan oma, papa ke ruang bayi untuk meng-Qomatkan kamu.
Habis itu papa Dy tidur lagi deh, soalnya hari itu memang masih bulan puasa, sementara oma di antar mba Atun, tidur di rumah kita di Rawamangun.
Rejeki dapat kamar klas 1 harga kelas 3
Singkatnya, semua bahagia deh, walaupun sempat hari pertama di rumah sakit papa Dy tidur di samping tempat tidur mama (maklum pilih ruangan klas 3), mana puasa lagi.
Tapi hari kedua di rumah sakit, mama sempat nyicipin kamar kelas satu, gara-gara AC di kamar mama mati.
Kamarnya sih enggak bagus-bagus amat, hanya untuk satu orang dong, tapi tempat tidurnya ada dua (satunya lagi di bawah tempat tidur mama). Lumayan papa Dy bisa tidur di tempat tidur plus ada ruang tamu dan sofa.
Komentar
Posting Komentar