Kenali Gejala Diabetes Pada Anak

Hi Mom....
Ada beberapa tema acara blogger akhir akhir ini,  yang membuat saya lebih bersyukur, walaupun hanya memiliki satu anak, tapi Insya Allah Nayla sehat. Sehat dalam artian tidak menderita penyakit khusus seperti diabetes.

Walaupun penyakit ini mulai akrab di kehidupan saya, saat mama mertua tersayang mengidap diabetes melitus tipe 2, setelah memasuki tahun ke 4 pernikahan kami.  

Mama mertua sempat  di amputasi jempol kakinya karena diabetes, dan sejak itu mama mertua diet ketat mengurangi makanan manis dan minum obat setiap hari.
Melihat beliau seperti itu rasanya tidak tega walaupun mama mertua termasuk orang disiplin menjalani pengobatan, apalagi kalau melihat anak kecil yang mengidap diabetes, yup diabetes ternyata bisa di derita siapa saja dan umur berapapun.

Makanya saya tidak bisa membayangkan seandainya saya jadi mamanya Fulki Baharuddin Prihandoko, yang terdiagnosa diabetes melitus (DM) tipe 1 pada usia 9 tahun, apakah  bisa sekuat dan setabah itu?.

Saya bertemu Fulki dan keluarga di acara Media Briefing, di kantor Kementerian Kesehatan bertema "Anak Juga Bisa Diabetes", 31 Oktober 2018. 

Tema diabetes sengaja diambil Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit (P2P) dalam rangka menuju hari Diabetes Sedunia 14 November 2018.
Fulki saat ini berusia 12 tahun dan duduk di kelas 7 di salah satu sekolah Islam swasta terkenal di Jakarta, anak ini kelihatan sehat, dan berisi,  dia bercerita saat pertama kali ketahuan mengidap DM, ketika hampir tiap malam berkemih bahkan hingga ngompol di kasur ketika usianya sudah 9 tahun.

Padahal saat balita dia tidak pernah seperti itu, untunglah Fulki atau biasa dipanggil Uki ini punya orang tua terutama mama yang bernama Aisyah Rahma yang jeli dan perhatian terhadap hal hal kecil.

Dia menemukan tetesan air seni Uki di kerumuni semut, berat badannya turun dari 45 kg menjadi 36 kg, padahal kegiatan makan dan minumnya meningkat, rambut uki juga rontok dan sering emosi atau marah.

Tadinya pemeriksaan awal hanya terhadap kebiasaan Uki mengompol, tapi Aisyah meminta untuk periksa juga gula darah anaknya (dia sempat browsing tentang diabetes), dan ternyata benar ketakutannya terbukti gula darah Uki tinggi sekali 750 mg/dl.

Untungnya anak-anak tergolong kuat, dia tidak pingsan walaupun gula darahnya tinggi. Yang ideal gula darah diangka 200 setelah makan, 126 saat berpuasa, sedangkan angka baiknya ketika tubuh belum menerima asupan apapun angkanya di bawah 100.

Seperti mengalami kiamat kecil, kata Aisyah, aaah rasanya kepingin menangis mendengar kalimat ini, bayangkan anak yang masih kecil dan kelihatan sehat ini ternyata mengidap DM tipe 1. 

Kenapa harus Uki? itu jadi petanyaan pertama mereka, karena orang tua Uki tidak mengidap diabetes, hanya memang kakeknya Uki ada yang mengidap diabetes itupun diabetes tipe 2 dan terjadi setelah kakeknya berusia lanjut.

Diabetes Melitus tipe 1 yang di derita UKI, terjadi karena adanya kerusakan sel Beta Pankreas (penghasil Insulin), sehingga tidak ada insulin dalam tubuh. 

Padahal insulin berfungsi menurunkan glukosa darah, caranya dengan meningkatkan penyimpanan glukosa dalam bentuk glikogen di dalam hati serta memampukan jaringan otot dan jaringan lemak untuk menyerap glukosa.

Ini yang tidak dimiliki organ dalam Uki, dan sejak saat itu (usianya 9 tahun), cek gula darah dan suntik insulin akrab dengan kehidupan bocah laki laki ini. 

Betapa tidak setiap kali dia mau makan dia harus cek darah dan menyuntikkan insulin terlebih dahulu, begitupun saat dia mau tidur harus melakukan hal yang sama.
Anak pintar ini bahkan sudah bisa melakukan sendiri kegiatan cek darah dan menyuntikkan insulin ke tubuhnya ketika dia di sekolah kecuali saat di rumah mamanya ikut membantu. 

Miris hati saya melihat foto saat Uki menyuntikkan insulin ke tubuhnya, tubuhnya setiap hari harus disuntik sebanyak 4-5 kali, dia area yang berbeda agar insulin tidak tertahan di satu area tubuh saja. 

Uki yang yang awalnya takut jarum suntik akhirnya menjadi berani untuk menyuntik dirinya sendiri, bravo nak.

Setiap hari dia membawa bekal ke sekolah beberapa insulin, alat cek darah, swipe alcohol, baterai tambahan untuk alat cek darah, buku catatan untuk laporan setiap kali kontrol, termometer dan jarum ganti. 

Bahkan Aisyah menyisipkan permen untuk penderita diabetes, karena dia ingin anaknya hidup normal seperti anak lain, dan masih bisa menikmati makanan manis seperti anak lain, walaupun terkontrol. 

Permen ini juga untuk mencegah hipoglikemia yaitu pingsan atau berkunang kunang karena kadar gula darah Uki rendah banget, walaupun dengan teh manis hangat juga bisa, tapi untuk keadaan darurat permen ini bisa jadi penyelamat. 

Ah kepingin beliin permen seperti ini untuk mama mertua yang menderita DM tipe 2 dan pernah mengalami hipoglikemia saat sedang sendirian di rumah, tidak sampai pingsan tapi beliau sambil merangkak karena pusing harus bikin teh manis hangat, setelah itu baru dia bisa telfon kami hiks.

Kembali ke kisah keluarganya Fulki, keluarga dengan 3 orang anak (Fulki anak paling kecil) ini bisa menerima kenyataan, yang tadinya menganggap ini sebuah kiamat kecil, dengan kejadian ini malah bonding mereka semakin kuat lo.

Uki bisa dibilang bisa beraktifitas seperti anak sehat lainnya, malah rencananya dia akan ikut program camping  ke Australia bersama teman-temannya. Bersyukurnya Uki berasal dari keluarga mampu dan berkecukupan sehingga bisa membeli insulin yang harganya lumayan. 

Lantas bagaimana kalau penderita berasal dari keluarga pas pas-san, apakah pemerintah akan menanggung biayanya melalui BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)?.

Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, ketua umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) salah seorang dokter yang menangani Uki selama ini mengatakan, kepinginnya BPJS menanggunakses deteksi dan pengobatan diabetes dengan meningkatkan akses tes dan obat-obatan antidiabetes terjangkau, termasuk insulin.
Dr. Aman Pulungan
Harga insulin kisarannya di angka @150 ribuan, coba bayangin deh kalau sehari perlu 4 suntikkan, dikali 30 hari, uwooooow Ayah Uki saja bilang satu bulan bisa keluar uang 1,5 juta hanya untuk insulin.

Selain itu pemerintah bekerjasama dengan  BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan), untuk memperketat izin makanan dan minuman yang mengandung gula berlebihan.
Saat ini apapun alasannya anak harus dilindungi, apalagi banyak kemudahan yang bisa kita nikmati, bahkan anak anakpun kalau  lapar  dan malas keluar rumah bisa pesan makanan via online, jadi selain bebas pesan makanan apa saja, badan juga tidak bergerak, karena makanan diantar sampai depan pintu.

Kemudahan kemudahan seperti ini yang bikin orang jadi malas bergerak, apalagi menurut dr Aman, gen orang Indonesia itu termasuk gen lapar, maksudnya bagaimanapun caranya jangan sampai kita kelaparan, makanya ada yang jadi petani untuk menanam dan menimbun makanan untuk persediaan.
Makanya dr Aman berharap sekali ada kesadaran masyarakat untuk melakukan diet dan aktivitas fisik, yang dibantu pemerintah dengan menyediakan fasilitas ruang berjalan dan bermain di tempat umum.

Dia juga prihatin dengan banyaknya petugas medik yang tidak peka atau tidak mendapat pelatihan yang memadai dengan masalah diabetes, karena dengan mengetahui  tanda tanda awal dari diabetes tipe 1 (yang bisa di derita anak manapun), mereka bisa menganjurkan untuk cek kadar gula pada anak.
 
Sebagai penyakit tidak menular, penyakit ini tidak dapat disembuhkan walaupun dengan kontrol yang baik anak  dapat tumbuh dan berkembang selayaknya anak sehat lainnya

Karena masalah diabetes ini masalah serius, dari data Kementerian Kesehatan diabetes menjadi salah satu dari empat prioritas penyakit tidak menular, karena diabetes penyebab utama kebutaan, serangan jantung, stroke, gagal ginjal dan amputasi kaki.

Dr. Aman memberikan tips yang mudah diingat, untuk membuat badan kita sehat dan bugar, yaitu 5210
- 5 kali makan buah per hari.
- 2 jam maksimal duduk setiap hari.
- 1 jam olahraga perhari.
- 0.. no sugar, no added sugar

Wah mudah kayaknya, tapi buat saya yang susah olahraga 1 jam sehari, mungkin melakukan gerakan sambil nyapu dan ngepel bisa disebut olahraga ya.

Nyatanya memang menurut dr. Aman, anak yang menjalani pengobatan diabetes jadi anak yang lebih displin dan sehat, untuk urusan pola makan, pengobatan dan olahraga. 

Harus ada edukasi kepada semua orang, kalau diabetes pada anak memang ada, jangan tutup mata dan telinga apalagi pakai acara malu kalau ternyata anaknya terindikasi diabetes.

Masalah edukasi juga jadi keinginan dr. Cut Putri Ariane, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kementerian Kesehatan, untuk mengatasi penyakit diabetes pada anak.
dr. Cut Putri Ariane, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM)
Seperti edukasi mengenai penyebab DM tipe 1 yang berasal dari banyak faktor seperti kecendrungan genetik, faktor lingkungan, sistem imun dan peran sel pankreas

Tindakan yang berbeda kalau kita menghadapi DM tipe 2, yang sangat erat kaitannya  dengan gaya hidup tidak sehat, seperti berat badan berlebih, obesitas, kurang aktivitas fsik, hipertensi, diet tidak sehat atau tidak seimbang serta merokok. 

Kalau bisa nih ada penguatan di semua dinas kesehatan baik yang ada di kota dan daerah untuk mengawal kelancaran edukasi tentang diabetes pada anak.
Semoga generasi anak saya Nayla nantinya  (yang kebetulan seumuran dengan Uki) tingkat angka kematian akibat diabetes bisa berkurang dan pemerintah melalui BPJS bisa memperluas tanggungan biaya pengobatan

Gak muluk muluk sih, saya suka dengan mimpinya dr. Aman, setiap habis libur, ketika mereka masuk sekolah lagi mereka bisa cek urin (iya dong kan kalau liburan makannya semena mena pastinya), obat obatan seperti insulin bisa tersedia di semua apotik tidak hanya di kota besar seperti Jakarta, dan anak anak ini bisa cek DM setiap 3 bulan sekali, Aamiin semoga terwujud ya mom.

Komentar

  1. Saya bacanya jadi ikut terbawa perasaan. Tidak terbayang betapa sedihnya.

    BalasHapus
  2. makasih sudah mampir mas djangkaru, iya ternyata bener ya kesehatan itu penting dan mahal, kalau sakit lebih mahal lagi ya

    BalasHapus
  3. Balasan
    1. makasih juga sudah mampir di blog saya mba Tira

      Hapus
  4. menakutkan ya sekarang diabetes

    BalasHapus
  5. skarang harus selektif terhadap makanan anak

    BalasHapus
  6. Ibu saya juga mengidap DM mbak,,,,

    membaca ini saya jadi membayangkan diri sendiri jika berapa pada posisi Uki, seorang anak yang masih sangat muda sudah mengidap DM...

    semoga Uki kuat dan sehat selalu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga ibunya sehat dan tetap semangat berobat ya

      Hapus
  7. Sebetulnya sederhana ya tips sehat yang disarankan dr. Aman di atas, tapi kok kayak sulit membayangkan makan buah 5 kali sehari dan duduk maksimal 2 jam. Mesti kuat motivasi demi sehat 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya kalau 5 kali, udah kenyang duluan ya, tapinjafi diet gak sengaja juga jdnya

      Hapus
  8. costnya besar yaaa, semoga keluarga Indonesia makin menjauh dr diabetes.

    BalasHapus
  9. Aku nih sudah mulai minum diluaran gak pakai gula, pokoknya ngurangin konsumsi gula. Yang penting 5210 itu ya mbak, kudu banget nih di inget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku sebisa mungking gak nyediain syrup di rumah kecuali lebaran hi.. Hi...

      Hapus
  10. Ah sedih, semangat untuk keponakannya semoga sehat

    BalasHapus
  11. Alhamdulillah Fulki bisa kuat ya mbak. Memang jaman now yang namanya penyakit bisa menimpa siapa saja...sedihh

    BalasHapus
  12. bener mba karena makanan sekarang sudah beraneka ragam, jadi kita sendiri yang harus bisa mengontrol pola makan

    BalasHapus

Posting Komentar