Bye Koko

Hi Mom...

Langit rasanya runtuh lagi buat gw. Rasanya gw gak sanggup buka blog kali ini,  tapi untungnya gw sempat menulis status di fb jadi tinggal dipindahin di sini. 

Gw gak sanggup karena karena sahabat terbaik gw sama pop, Ervan Handoko atau biasa dipanggil Koko akhirnya meninggal dunia 8 agustus 2019. Setelah bolak balik cuci darah dan ICU sejak Desember 2018 karena gagal ginjal.

Pagi itu gw nangis menggerung-gerung seperti ada batu menimpa dada gw pas angkat telfon dari Ivone istrinya Koko, yang ngabarin kalau koko pergi setelah sekian lama berjuang cuci darah dan keluar masuk ICU.
Padahal hari minggu lalu melalui hape istri tercinta koko video call sama pop,  mereka masih sempat ngobrol tentang bola.  Tapi kasihan gw lihatnya dia gak bisa lama lama bicara karena terengah engah dengan mengguna masker pernafasan, gw hanya ikutan dadah dadah dengan tangan karena lagi gak pakai hijab.

Ada kalimatnya yang bikin kita sedih "doain gw ya Dod", ternyata koko mau pamitan sama kita hiks.  Pop rencananya jumat 9 Agustus 2019 mau berangkat ke solo (dia lagi tugas di Solo) buat nengokin dia, malah gw sama Nay pingin ikut, tapi Allah punya rencana lain.

Selamat jalan koko semoga sakitmu menghapus dosa dosamu ya, kamu salah satu orang baik dan sahabat terbaik yang kita punya. Insya Allah Ivone dan Vinko kami jaga.
Masih teringat banget, gw yang kala itu baru masuk kerja dan baru pertama kali ngekos  kebingungan karena mau pindah kos dekat kantor. 

Bingung karena siapa yang mau bersihin kamar mandi dalam kamar sementara gw harus beberes kasur dan lemari, ternyata koko bersedia bantuin untuk beberes kamar mandi.

Koko juga satu-satunya teman satu angkatan di radio yang boleh langsung siaran, yang lain harus dipoles dan latihan dulu termasuk gw walaupun pas kuliah jadi anggota paduan suara (gak ngaruh ternyata ya hi..hi...). 

Ya iyalah koko kan bekas anak radio Sonora tapi memang suaranya bagus, empuk enak dengerinnya.

Koko juga satu-satunya yang diturunkan jabatannya dari redaksi ke bagian umum, kok bisaaaaaa....? ya bisalah. Kan angkatan kami terkenal sebagai angkatan pemberontak, dikit dikit protes kalau ada hal yang gak berkenan.

Nah Koko ini sekali waktu kena jegal, karena sikap frontalnya sampai harus melempar penghapus ke papan tulis ketika sedang rapat. Karena jengkel dengan ucapan salah satu atasannya (setelah sebelumnya juga ada tuduhan  yang konyol dan mengada-ada dari atasan lain).

Sialnya yang dilempar penghapus adalah pacar salah satu redaktur, tau dong reaksi mereka. Mereka seperti dapat umpan untuk melampiaskan kekesalannya ke kita.

Sedih, jengkel, dan marah terhadap sikap mereka, hanya karena gak mau mengeluarkan uang pesangon karena harus memecat Koko (itu yang kami rasakan). 

Koko akhirnya sampai diperbantukan di bagian umum, jadinya seperti main tahan-tahanan. Kalau kuat bertahan, gak nyaman ya mengundurkan diri sesimple dan sengehe itu alasannya. 

Kejadian ini yang bikin gw mbrebes mili kalau lagi sholat pas dia sudah meninggal. Karena ratusan ucapan belasungkawa di sosmed semuanya mengenangnya sebagai orang yang lucu, menyenangkan, membuat suasana ceria,dan pintar. 

Bahkan suami gw, yang gw anggap bahasa Inggrisnya jago (padahal gak pernah pamer dan bicara ala ala cinca loura๐Ÿ˜‹), menganggap Koko pintar sekali ketika menerjemahkan berita dari Inggris ke Indonesia. 

Dia mahir menerjemahkan berita berbahasa asing menjadi sebuah berita yang enak dibaca dan gak bikin kening berkerut (gak semua orang bisa itu) dan kebetulan Koko memang lulusan sastra Inggris. 

Bayangin setelah dia tiada, kita semua tahu semua orang menghargai, sayang dan salut sama kerja kerasnya. Tapi ada satu kantor (the one and only) yang melepehkan dia sampai ke titik nadir, kamu sudah buktikan Ko' kalau kamu lebih baik dan pintar dari mereka semua.

Gimana enggak disaat lagi hancur-hancuran begitu, koko masih mau bantuin masalah gw, masalah percintaan remaja remaji yang gak jelas. 

Karena mantan pacar gw sebelum sama pop (dan mantan pacar ini juga sudah meninggal beberapa tahun yang lalu hadeeh sedih gini) susah dihubungi karena kita lagi berantem, koko dengan sukarela nganterin gw ke kantornya padahal lokasinya jauh banget ... aaah mewek lagi jadinya.

Sekali waktu dia pernah bilang dengan suara lirih waktu itu dia sudah pindah ke Tribun Kaltim (yup akhirnya dia bisa bebas dari tempat  ngehe itu) dan sedang main ke Jakarta, "Hance, gw selama di Jakarta belum pernah ke Dufan".

Ngakak dong ya dengan jeritan hatinya, langsung deh ngasih tau pop yang waktu itu statusnya masih pacar. Kita aturlah dengan beberapa teman buat halan halan ke Dufan, senang lihat dia menikmati Dufan seperti anak kecil yang dapat sekantong coklat.
Epilog
Ada dua hal yang kita berdua sesali, yang pertama, kita tidak bisa memenuhi ajakan dia untuk jalan dan nginep bareng di Bandung, sebelum dia pindah tugas ke Solo bersama keluarganya. 

Karena pop sudah ambil cuti untuk ke Bandung juga tapi untuk dua bulan ke depan setelah dia berangkat dan gak mungkin ambil cuti lagi karena cuti pop sudah habis.

Yang kedua, pop gak ngasih tahu gw kalau Koko dan Ivone, ngajak ketemu sehari sebelum dia berangkat ke Solo. Pop hanya bilang gak bisa karena ada rapat sampai malam, coba kalau gw dikasih tau gw sama Nayla langsung meluncur buat ketemu mereka walau tanpa pop.

Ah sudahlah yang penting kamu sudah gak sesak nafas dan cuci darah lagi ya Ko, baik baik di sana..... bye Koko.
Tulisan ini tidak bermaksud memojokkan siapapun, hanya untuk melepaskan satu ganjalan di hati.  Gw bisa lebih paham kenapa selalu menangis mengingat semua ini, semoga bisa melupakan.

Seperti yang dibilang sahabat gw Ucu Agustin "Lupakan Hance, dan jangan terulang kejadian Ngehe itu ke siapapun". Aamiin semoga. 

Komentar