Persiapan Rawat Inap Saat Pandemi

Hi Mom...

Kali ini gw mau bagikan pengalaman rawat inap pakai asuransi swasta di rumah sakit saat pandemi. Gw juga mau bilang covid bukan rekayasa politik buktinya rumah sakit rujukan covid full dimana mana. 

Bukan karena dokter memaksa semua orang sakit tanda tangan untuk mengaku covid ya, tapi syarat untuk rawat inap ya harus rapid dan rontgen thorax.

Biasanya hanya perlu 30 menit hasil rapid sudah keluar. Nah kan kita punya otak dan mulut untuk minta lihat hasil tes rapid, kalau memang dinyatakan reaktif atau positif.

Selain itu sebaiknya telfon dulu rumah sakit pilihan untuk mengetahui apakah petugas rapid dan rontgen thorax masih ada di tempat jadi gak bolak balik, karena sakit tidak mengenal waktu (minimal kalau kita mau kesana petugas bisa menunggu hingga kita datang atau cari rumah sakit lain).

Kembaran Nayla Tumbang

Sakit saat pandemi adalah hal yang paling bikin parno. Otomatis kalau demam atau pusing langsung ngecek masuk gak ke dalam gejala gejala covid, walaupun gak masuk tetap kepikiran kan.

Makanya ketika suami gw yang punya panggilan kesayangan pop mengalami pusing dan demam setelah 5 hari menginap di hotel untuk urusan kerja langsung berobat online plus berdoa semoga bukan covid. Untungnya gak pakai mual dan penciuman gak hilang, hanya tenggorokan pahit gak nafsu makan.

Pas hari ketiga karena panas masih naik turun kita berencana untuk tes darah. Berdasarkan pertimbangan berdua kita memilih cek darah di rumah sakit rujukan covid dan di cover asuransi kita (sebelumnya sudah dua rumah sakit langganan kita hubungin semuanya bukan temasuk rujukan covid).

Alasannya sih kalau covid gak usah pindah pindah rumah sakit, karena suami gak kuat bawa kendaraan kita naik gocar. Agak riskan kalau ternyata ada covid pindah rumah sakit pindah lagi pakai gocar kan kasihan supirnya, kalau di cover asuransi sukur sukur bisa pakai ambulance. 

Dan untuk pertama kalinya gw naik gocar setelah 8 bulan pandemi gak berani naik transportasi umum kecuali diantar suami, dan sekarang pop sakit dan gw gak berani nyetir di jalan raya. 

Yang bikin hati tenang ada cover pelastik tinggi di belakang bangku supir, jadi para supir online ini pasti sudah siap mental ketika ambil penumpang dari dan ke rumah sakit.

Di rumah sakit rujukan (OMNI Pulomas) langsung masuk UGD dan cek darah. Dokter juga menanyakan hal hal yang sama ke semua pasien, apakah pusing, mual, pilek, sesak nafas dan hilang penciuman. Sampai hafal gw 😊 

Syukurlah pop hanya pusing itupun sudah sedikit berkurang, begitupun ketika diperiksa dengan stetoskop dan diminta untuk menarik nafas panjang hasilnya suara paru paru bersih apalagi dia baru seminggu lalu melakukan tes Serologi yang hasilnya non reaktif. 

Setelah menunggu dua jam hasil tes darah  gak bisa langsung dibacain dokter, karena dokternya sibuuuuuk, pasien UGD banyak banget. Walhasil ketika sudah pukul 20.30 baru kita tahu kalau Thypes dan DBD negatif tapi infeksi bakterinya positif.

Salah satu penyebabnya dari makanan, karena memang selama 5 hari kalau malam suami selalu makan di luar hotel (sepi katanya) tapi karena dia capek dan ngedrop dapat makanan gak higienis langsung tepar. Tahun lalu pernah ngalamin juga setelah makan sate di kantor bedanya dulu dia menolak di rawat inap.

Gagal Rawat Inap Karena...

Karena penyebab sakitnya sudah pasti kami memilih untuk dirawat inap di rumah sakit dekat rumah. Selain itu kamar juga full di OMNI dan gw lebih nyaman kalau suami di rawat di rumah sakit yang bukan rujukan covid, artinya gak ada pasien covid di sana.

Ternyata ada satu hal yang terlupakan yaitu telfon rumah sakit selanjutnya untuk nyari tahu apa syarat rawat inap selama pandemi. Dengan style yakin langsung meluncur ke UGD RS Dharma Nugraha Rawamangun. 

Kita lupa semua rumah sakit kalau memang sudah dipastikan untuk rawat inap harus tes covid dan rontgen thorax dan taraaaa... petugas untuk rontgen thorax sudah pulang.

Mau pindah rumah sakit lain yang juga masuk di list asuransi kita, suami gw sudah capek dia pingin buru buru ke tempat tidur, lagian gw suka rumah sakit ini walaupun full (sebelum pandemi) ruang tunggunya gak ramai banget trus kamarnya juga luas. 

Jadi kita putuskan untuk pulang dan kembali lagi besoknya. Sempat sedih ketika pop bilang kalau dari awal dia maunya di Dharma Nugraha iiiih padahal dia yang memutuskan biar gak bolak balik sebaiknya di OMNI aja, tapi melihat gw nangis kita saling minta maaf.

Namanya orang lagi sakit ya pasti  lupa apa yang diusulkan, apalagi pas lihat dia langsung tertidur kelelahan di mobil dalam perjalanan menuju rumah. Malam ini dia akan menghabiskan sisa obat dari dokter online dulu.

Akhirnya...

Karena Kemarin kami sudah bawa perlengkapan menginap kumplit (bed cover, bantal hingga 3 buah buku Theodore Boone yang belum sempat dibaca), besoknya ketika berangkat ke Dharma Nugraha gak perlu packing packing lagi.

"Rawat Inap 1.jpeg"
Singkatnya hasil dari rapid non reaktif, rontgen thorax dan cek jantung hasilnya bagus jadi bisa segera masuk kamar untuk rawat inap karena infeksi bakteri.  

Waktu itu saat menunggu hasil rapid dan cek jantung, pop di IGD sudah diinfus dengan sanmol dan obat mual. O iya tes covid sama thorax suami juga di cover asuransi.

"Rawat Inap 2.jpeg"
"Rawat Inap 3.jpeg"

Dia bahkan sudah bisa bercanda, "gimana kalau pulang aja, udah enakan nih" iiih jangan dong. Pasien boleh ditungguin sama satu orang tapi harus tes rapid juga, sayangnya gw gak bisa dan gak boleh nungguin sama suami karena selain ada Nayla di rumah, gw juga ada astma yang rentan sama covid karena ada komorbid atau penyakit penyerta ini.

Pop juga gak mau ngerepotin orang lain, Reza adik bungsunya sudah menawarkan diri untuk nemenin di rumah sakit,  dia tolak juga. Untunglah gw sudah bawakan kaos dan bawahan, baju dalam yang banyak, bed cover serta bantal dan cemilan.

"Rawat Inap 4.jpeg"
"Rawat Inap 5.jpeg"
Dengan berat hati setelah membereskan semua perlengkapan menginap dan menungguinya makan malam, gw pulang. Kali ini gw lebih tenang di gocar karena sudah pasrah mau gak mau naik moda online, gw juga sudah tenang suami sudah ditangani dokter.
"Rawat Inap 6.jpeg"
"Rawat Inap 7.jpeg"
"Rawat Inap 8.jpeg"
Hari kedua karena mendengar pop sudah gak diinfus dan cek darah lagi, gw semangat 45 dong buat jemput. Ternyata masih tinggi infeksinya masih ada peradangan.

Batas ambang badan manusia untuk menerima bakteri gak baik itu di angka 5, sementara suami gw di angka 106 makanya harus di rawat inap. Tapi setelah dua hari ternyata hanya turun jadi 96, lemes dong suami gw.

"Rawat Inap 9.jpeg"
Pupil matanya mendadak mengecil dan berwarna abu abu (sebelumnya bersinar sinar gitu),  satu tangannya langsung ditaro di atas jidatnya terus langsung diam seribu bahasa. 

Aduuuh sedih gw  melihat adegan kayak gini, apalagi pas susternya bilang mulai malam ini harus puasa buat tes besok, karena mau dilihat peradangannya ada di bagian mana.

Sambil beresin lagi barang barang ke lemari yang sebelumnya sudah rapi di packing pop, gw bilang jangan stress ya yang penting sehat gak usah pikirin kantor dulu. Daripada nekat minta pulang karena merasa badan sudah oke, padahal dalamnya masih ada yang gak beres.

Malam itu gw pulang cukup malam, karena nungguin pop makan dan sholat Isya. Pikiran gw bercabang mikirin Nayla  di apartemen untungnya sekarang dia sudah lebih berani ditinggal sendirian.

Besok paginya pop telfon gw (nada suaranya kayaknya sudah kembali normal) karena semalam dokter Rusli yang incharge selama ini bilang hanya perlu istirahat tambahan dua hari  pakai infus antibiotik.

Mungkin karena gak perlu tes apa apa dan hanya perlu istirahat beberapa hari lagi di rumah sakit bikin stressnya hilang. 

Pulaaaaang...

Hari ke 5 hasil tes darah infeksi bakterinya sudah turun jadi di angka 46 yang selanjutnya bisa di lanjutkan dengan rawat jalan dan minum antibiotik tablet aja untuk 3 hari, Alhamdullilah. 

Gw hanya perlu waktu gak sampai berapa jam untuk urus asuransi di loket administrasi. Alahamdullilah gak perlu nambah apa apa, pengobatan sesuai plafon asuransi.

"Rawat Inap 10.jpeg"
"Rawat Inap 11.jpeg"
"Rawat Inap 12.jpeg"
Sehat sehat terus ya pop, rajinin minum vitamin  dong biar gak langsung tepar gara gara makanan  jorse alias sedikit gak higienis😂.

Makasih bjuat yang sudah mampir, tetap jaga prokes ya. Tapi jangan lupa untuk bahagia byeee.

Komentar

  1. Ini sama kayak suamiku, yg kena makanan kotor dikit lgs tipes mba :D. Ususnya betul2 sensi :p.

    Kemarin anakku batuk2, sampe kayak sesak ngeluarin dahaknya, aku udh nangis2 mba. Krn kebayang covid. Tp syukurnya dokter dia mau Nerima utk diperiksa.

    Jd parno yaaa sakit flu dikit, kepikiran nya kesana Mulu :(. Semoga suami cepet pulih ya mba, jgn lupa memang suplemen hrs rutin skr ini. Biar ga drop.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin makasih doanya mba Fanni, iya nih suamiku paling males minum vitamin harus dipaksa😀. Semoga anakmu lekas pulih juga ya

      Hapus
  2. Ikut senang, akhirnya sembuh dan dinyatakan non raaktif
    Aduh soal rumah sakit, saya parno banget
    Benar-benar takut gimana gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdullilah makasih mas. Iya nih sejak pandemi semua jadi parno ya. semoga kita sehat sehat ya mas

      Hapus

Posting Komentar