Amilia Agustin, Mengubah Sampah Menjadi “Uang”

Hi Mom...

Untuk urusan sampah di rumah biasanya saya paling rewel, tiap pagi harus sudah dibuang. Kebetulan kita tinggal di apartemen jadi setiap lantai dilengkapi beberapa janitor terdekat dengan unit kita.

Sampah biasanya saya pisahkan antara sampah basah dan kering, biar memudahkan sedikit saat tukang sampah memilah sampah untuk di daur ulang. Tapi ya yang saya lakukan hanya sebatas itu saja.

Jangan heran saat mendengar kata sampah sebagian orang pasti merasa jijik dan buru-buru membuangnya, bahkan banyak yang mengabaikan karena dianggap tidak berguna. Tapi tidak dengan gadis cantik bernama Amalia Agustin.

"Amilia Agustin 1/Foto: IG @agustinamilia.jpeg"
Saat dia berumur 12 tahun pada tahun 2008, gak ada yang menyangka sampah yang kotor dan mejijikan buat sebagian orang ditangan dia  bisa bernilai jual tinggi dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Kegelisahan bermula saat SMP

Jadi ceritaya Amil begitu dia biasa dipanggil, sedang duduk untuk melepas lelas setelah mengikuti olahraga. Dia melihat seorang kakek pemulung baru saja mengambil sampah di sekolahnya, habis itu si kakek makan tanpa cuci tangan, daaaaang... kaget dong Amil. 

Amil jadi merasa bersalah dan terus kepikiran dengan kesehatan si Kakek. Seandainya si kakek sakit, maka dia ikut menjadi penyebabnya karena ikut membuang sampah dan membiarkannya makan tanpa cuci tangan.

Perasaan tersebut diceritakan pada guru biologinya. Amil disarankan untuk bergabung dengan komunitas pecinta lingkungan, bernama Sahabat Kota, yang sebagian besar beranggotakan mahasiswa. 

Otomatis Amil jadi anggota termuda di sana dia terus belajar untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pemanfaatan sampah.

Amilia Agustin terdorong membentuk komunitas yang mengelola sampah berbasis sekolah lewat program “Go to Zero Waste School.” Dia mau membuktikan, merawat lingkungan  bukan monopoli orang dewasa. “Semua bisa asalkan kreatif dan konsisten,” kata gadis kelahiran 20 April 1996 ini

Bermula dari obrolan dengan teman-temannya pada 2008, gadis abege ini mengajukan proposal program Karya Ilmiah Remaja “Go To Zero Waste School” kepada Program Young Changemakers dari Ashoka Indonesia. 

Proposal proyek “Go To Zero Waste School” dengan biaya operasional 2,5 juta rupiah akhirnya disetujui. Proyek pengelolaan sampah ini terbagi dalam empat bidang, yaitu untuk sampah anorganic, organic, tetra pak, dan kertas.

Amil dan teman-temannya memilah sampah sepulang sekolah. Membagi fungsi untuk sampah organik diolah menjadi kompos sedangkan anorganik dimanfaatkan berdasarkan bahannya sehingga menjadi fungsi yang bernilai.

"Pengolahan sampah organik jadi pupuk/Foto: perhumas.or.id.jpeg"
Jenis kain dan pelastik bekas pembungkus kopi dan sejenisnya yang masih bagus dimanfaatkan untuk tas yang mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi. 

Amilia Agustin tidak hanya bekerja bersama teman-temannya saja, dia  mengajak ibu-ibu sekitarnya untuk ikut andil dalam kegiatan pelestarian lingkungan ini.

"Sampah anorganik/Foto: perhumas.or.id.jpeg"
Amil pun mengajarkan keterampilan membuat tas dan produk lain. Produk yang dihasilkan akan dia pasarkan pada Pameran Pemilahan Sampah dan Sosialisasi Penanganan Sampah.

Dari penghasilan mengolah sampah menjadi tas dan produk lain yang didapatkan oleh ibu-ibu binaannya, Amil juga menyarankan untuk menyimpan hasilnya guna kepentingan pendidikan anak-anaknya.

Penghargaan dari ASTRA

Selain terampil dan peduli pada lingkungan sekitar, Amil punya hobi menulis. Hal ini terbukti ketika Amil mengikuti lomba  Karya Ilmiah Remaja dia jadi  juara di lomba yang diselenggarakan Young Changemakers dari Ashoka Indonesia. 

Hadiah sebesar 2,5 juta rupiah yang dia dapatkan, tidak dia gunakan untuk dirinya sendiri tapi dia belikan peralatan pengolah sampah, biopori. Tidak hanya sampai di situ, pada tahun 2010 Amil kembali mengikuti Karya Tulis untuk anak-anak dari Astra. 

"Amilia Agustin/Foto: tokohinspiratif.id.jpeg"
Astra mengapresiasi hasil kerja kerasnya dia menjadi penerima Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2010 untuk kategori lingkungan.  Merupakan apresiasi terhadap anak muda dalam melakukan perubahan.

Anak sulung lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana Bali ini kepingin banget berkarier di perusahaan yang berhubungan dengan sosial masyarakat. Ia mempunyai tujuan dalam hidupnya membantu memberdayakan masyarakat luas.

Makanya selama kuliah di Bali, Amil tetap melanjutkan kepeduliannya terhadap lingkungan. Dia terjun dalam masalah penanganan sampah di kota maupun laut.

Mimpinya jadi nyata pada tahun 2020, dia bekerja pada bidang Corporate Social Responsibility (CSR) di PT Pamapersada Nusantara yang dinaungi Astra Grup.  

"Amilia Agustin 2/Foto: IG @agustinamilia.jpeg"
Apa sih CSR itu? CSR dapat diartikan sebagai bentuk tanggung jawab suatu perusahaan terhadap kebaikan di lingkungan sekitar. Memahami arti CSR tersebut tentunya sangat berhubungan langsung dengan bidang yang ditekuni Amilia selama ini. 

Bidang peduli lingkungan dan pemberdayaan masyarakat adalah bidang utamanya. Pastinya, Amilia mengurusi soal tanggung jawab perusahaan bagaimana agar mendapat penerimaan baik dari warga sekitar.

Langkah kecil yang dilakukan Amilia Agustin bisa kita tiru ya kan sebagai kontribusi untuk masa depan Indonesia. Lingkungan kita masih banyak membutuhkan semangat, pemikiran dan tenaga generasi muda seperti Amil untuk membawa perubahan yang lebih baik. 

Komentar