Penyintas Delta dengan Komorbid dan D Dimer 2200

Hi Mom...

Setelah 7 bulan berlalu gw baru punya mood untuk cerita saat gw dan suami terpapar covid-19 varian delta.

Qadarullah... ya kalimat ini akhirnya yang bikin hati ini akhirnya menerima semua takdir dan keputusan Allah, termasuk wafatnya mami tercinta gak lama setelah kami negatif covid.

Bahkan untuk mengenang mamipun gw belum sanggup menulis. Untunglah suami tercinta sudah membuat tulisan yang bikin gw nangis bombay, kelihatan kalau dia sayang banget sama mami.

"Oximeter.jpeg"
Awal Terpapar

Sepertinya saat kami menginap di dua hotel seputaran Senayan dan Sudirman. Kami sengaja staycation di Jakarta karena kepingin pikiran bebas sebentar.

Waktu itu dari bulan Maret sampai Mei 2021 ngurusin mami rawat jalan di rumah sakit, gw habis operasi keloid, saat ulang tahun dan lebaran hanya lewat begitu saja gak kemana mana.

Di hotel pertama 29 Juni 2021 di seputaran Sudirman kayaknya pop tenggorokannya sudah gak enak, sementara gw merasa demam sedikit. Besok paginya pas sarapan sengaja milihnya di rooftop biar sambil berjemur.

Pas siangnya 30 Juni 2021 pindah hotel Century, pop jadi lebih heboh batuknya. Beli obat batuk, minum madu dan vitamin sudah pasti karena memang gw bawa perlengkapan itu.

"Berjemur.jpeg"
Kita kalau nginep bertiga selalu pesan kasur king size (kapan lagi kan keruntelan sama Nayla), tapi sejak malam pop batuk dia pakai masker kalau tidur dan munggungin kita berdua. 

Saat pulang ke rumah tanggal 2 Juli 2021 sepertinya nih kondisi batuk pop makin parah plus demam, dicoba dong berobat online plus berjemur.

Dua hari kemudian sepertinya membaik, batuknya sudah gak terlalu heboh tapi demam dan tenggorokan pahit masih ada. 

Oh iya saat itu baru pop yang sudah vaksin covid-19 dosis double sejak Maret 2021 karena media termasuk yang diberi kesempatan paling dulu.

Dan jeng jeng... 4 Juli 2021 hari minggu badan gw mulai gak enak, demam panas dingin gak karuan. Puncaknya pas tengah malam sampai subuh Senin 5 Juli 2021 gw gak bisa tidur karena tulang belulang sakiiiit semua kek dipukulin Hulk plus panas tinggi.

Di hati sih berharapnya ini thypus deh tapi kok deg deg-an ragu sama harapan sendiri. Sejak pulang dari hotel  kita juga pakai masker di rumah dan beneran jaga jarak aman di apartemen mungil kami.

Akhirnya Selasa 6 Juli 2021 gw sedikit membaik, kita berdua sepakat untuk tes antigen dulu (waktu itu masih mihil cuy). Yang penting tahu dulu baru nanti PCR biar pasti.

Sambil menunggu hasil antigen kita berhenti di jalan buat makan di mobil, tapi nafsu makan ngedrop burger dan french fries enak cuma masuk setengah porsi ke perut.

Tambah mules ketika baca wa dari klinik yang ngasih tahu hasilnya kalau kita berdua positif, duaaaaar kayak ada petir di siang bolong. 

Nangis dong gw, pikiran buruk udah langsung otomatis muncul di otak gw. Karena gw punya komorbid dua, asma dan darah tinggi.

Setelah kelar nangis dan bisa tenang sedikit kita bagi tugas, gw telfon satgas covid di apartemen ngasih tahu kalau kita positif. Pop telfon Nayla buat jemput dia untuk PCR bertiga.

Selama perjalanan jendela mobil kita buka, karena saat itu belum tahu apakah Nayla terpapar atau enggak, doa gw sih semoga enggak.

Sayangnya sampai di sana sudah tutup, jadi harus kita coba besok pagi. Singkat cerita besoknya dengan pengawalan ketat dari satgas covid yang lengkap pakai APD dan bawa tabung dan semprotan selang panjang untuk menyemprot lorong, lift dan jalanan ke parkiran yang kita lewati.

Lift untuk sementara di kunci sampai steril 3-4 jam  kemudian setelah di semprot. Hal yang sama mereka lakukan saat kami kembali ke unit.

Akhirnya Isoman

Hasil PCR kami bertiga adalah.... dua positif dan Nayla negatif.... Alhamdullilah. Pintu unit kami pas tanggal 7 Juli 2021  di pasang tulisan ini nih. 

"Isoman.jpeg"
Setelah menimbang nimbang karena kita berdua gak mau mami yang lagi sakit dan mama mertua tahu kita kena covid, kita memutuskan untuk isoman di unit apartemen.

Kalau isoman di wisma atlet nanti malah  kepikiran kalau gak lihat Nayla, jadi diputuskan kami menyepi di kamar masing masing.  sambil berdoa yang kenceng kami gak parah parah amat.

Kita berdua hanya ngasih tahu kakak dan adik masing dengan pesan jangan kasih tahu almarhumah mami yang waktu itu lagi sakit dan mama mertua.

Kita juga gak bikin status apapun di sosmed, paling hanya ngabarin grup kantor dan grup teman teman dekat yang bisa dipastikan gak akan bocor ke telinga orang tua kita.

"Madu.jpeg"
"Obat rempah rempah.jpeg"
Saat itu kita berdua sama sekali gak kepikiran buka link Pedulilindungi biar dapat obat untuk covid. Mungkin karena sudah banyak sekali yang kirim vitamin kayak dari kantornya Pop, keluarga kita sama satgas covid di apartemen. Too much for me.

Sirine Ambulan dan Info kematian

Dari sebelum isoman sebetulnya yang beginian sejak pandemi sudah jadi santapan sehari hari. Kalau sudah ada suara Assalamualaikum dari corong masjid di luar jam sholat sudah pasti berita kematian.

Nah pas isoman yang beginian bikin hati gak karuan, apalagi apartemen kita selain ada masjid sendiri dikepung kanan kiri dengan masjid warga sekitar. Kebayang kan waktu itu berapa kali sehari pengumuman orang yang meninggal.

Belum lagi suara sirine ambulan di jalan, berbunyi setiap saat. Yang bikin senewen setiap kali ada pasien di apartemen yang mau diangkut ke RS atau Wisma Atlet pasti petugasnya bunyiin sirene yang suaranya persis di film Purge Anarchy hadeeeeh.

Tujuannya sih biar orang orang aware gak keliaran di luar apalagi saat ambulan mau ngangkut pasien. Makanya kita batasin buat nonton berita, dilingkungan tempat tinggal aja horor begini. Mending nonton drakor ya kan.

Oxigen

Gw perlu oxigen bukan sesak nafas karena asma kambuh, tapi ini lebih tersengal sengal setiap bergerak alias nafas pendek pendek gitu. Sholatpun sambil tiduran, perjuangan banget buat bangun dari tempat tidur untuk makan, minum apalagi ke kamar mandi.

"Oxigen.jpeg"
Mikir seribu kali kalo mau pipis dan mandi, padahal jaraknya cuma sepelemparan batu kerikil doang, tahu kan apartemen dua kamar tidur. Sampai gak berani untuk keramas perasaan seperti mau tenggelam pas kena semburan air shower.

Yang lebih bikin kepala pusing dan mual adalah bau handsanitizer yang selalu kita semprotkan di semua benda yang kita sentuh di kamar mandi. Akhirnya pop yang ambil alih dia aja yang semprot semuanya setiap kali kita ke kamar mandi.

Balik ke masalah oxigen ternyata gak semudah itu dapat pinjaman oxigen, karena bulan Juli 2021 yang kena covid ribuan otomatis oxigen jadi langka di mana mana.

Untungnya punya teman yang jadi relawan penyedia oxigen (eh gitu gak sih namanya ) untuk rumah sakit dan perorangan.

Gak sampai satu hari oxigen sudah sampai di unit. Sayangnya waktu itu kita gak tahu  cara pakai yang bener (padahal sudah diajarin), diputer sampai poooool akibatnya gak sampai 3 hari oxigen habis.

Setelah nanya sana sini melalui WA ketemu tempat isi oxigen yang masih punya stok banyak. Kita minta tolong tukang ojek langganan mama mertua untuk isi ulang oxigen.

Agak riskan minta tolong sama yang gak di kenal, kalau dibawa kabur amsyooong apalagi tabung boleh minjem kan. Saat itu tabung oxigen laksana emas mutiara yang berharga banget.

Setelah diisi full, gw pakai kalau benar benar terengah engah banget setelah habis dari kamar mandi atau pas mau tidur biar nyenyak. Itupun sama pop hanya dikeluarin setengah. 

Sisanya gw melakukan proning atau cara pernafasan sambil tiduran atau duduk.

I Love U Pop

Ah rasanya gak bisa diucapkan hanya dengan kata kata, kalau gak ada pop gw gak tahu deh gimana jadinya pas kena Delta waktu itu.

Saking banyak yang metong apalagi yang metong kebanyakan yang mengidap komorbit kayak gw. Gw jadi stress, mood terjun bebas salah satunya jadi gak doyan makan walaupun penciuman kita berdua gak hilang tapi rasa makanan di mulut gak karuan.

Yang gurih jadi asiiiiiin banget, yang manis jadi legit kek gula jawa. Tapi tiap hari pop memastikan gw makan tiga kali sehari walaupun hanya 4-5 sendok, plus buah dan vitamin.

Makanan enak enak berlimpah ruah padahal, tiap hari selalu ada yang ngirimin makanan buat kami bertiga termasuk dari satgas covid. 

Sayangnya gak ketelen di mulut gw tapi makan pakai telor, sei sapi sambal matah sama labu, bayam rebus atau pokcoy bisa masuk. 

"Bayam dan sei sapi.jpeg"
Untung ada sahabat gw yang ngirimin sayuran dan lalapan segar jadi pop tiap hari merebus untuk kita bertiga.

Suami gw ini hebat banget lah, di saat dia juga terpapar bahkan batuknya heboh banget dan tenggorokan pahit tetap memaksaan dirinya untuk makan dan lekas pulih.

Pop bertekad kuat untuk sembuh karena dia juga harus merawat gw yang rewel dan Nayla yang sehat di kamar sebelah. Anak ini tetap sekolah dan les online yang kadang ortunya gak covidpun gak bisa dimintai bantuan apa apa kecuali kalau sudah malam.

Jadi pop memastikan ada makanan hangat untuk kami bertiga, mencuci pakaian kami bertiga (Nayla cuci baju dalam dia sendiri). Semuanya dia lakukan dengan menggunakan tangan yang dibungkus kantong kresek yang baru, karena kita gak punya sarung tangan pelastik.

Semua dia usahakan benar benar steril, biar nayla gak terpapar. Jadi kalau sudah siap sebelum masuk kamar dia panggil Nayla untuk makan.

Selama isoman kami melakukan percakapan singkat tanpa hape, karena pingin dengar suara Nayla langsung atau saling pandang pas dia berjemur di balkon sedangkan kita di depan jendela kamar.

Televisi di rumah hanya kita sediakan di kamar gw sama ruang tamu. Jadi selama isoman ruang tamu buat Nayla, cara ngaturnya kalau kita mau ke kamar mandi atau dapur Nayla masuk dulu ke kamarnya, pokoknya jangan papasan.

Makanan dan sampah selama isoman di apartemen

Kalau rumah tapak ada makanan dari ojol langsung bisa di sangkutin di pager rumah. Tapi kalau di apartemen karena hanya penghuni dan petugas yang punya akses ke lift, makanan dan obat obatan di pool di ruang satgas covid.

Jam pengantaran sudah ditentukan pas makan siang sama sore  dan malam, waktu itu yang terpapar ratusan orang sementara petugas sedikit. Kebayang kan repotnya mereka dan manyunnya muka kita yang sakit menunggu makanan kesukaan datang he...he...

Selama isoman gak bisa pesan ice cream, bisa bisa pas diantar udah jadi susu kocok ye kan. Sampah rumah pun diambil OB ke unit yang isoman pada jam jam tertentu yang sudah di beri tahu di grup.

Negatif yaaaaay

Setelah kita genapkan isoman hingga 14 hari, kita berdua merasa sehat segar bugar. Jadi ketika kita lapor ke satgas tanggal 21 Juli 2021 mau keluar kandang buat antigen, mereka membolehkan kami keluar tanpa pengawalan.

Tapi tetap di mobil jendela kita buka semua sampai ada kepastian hasil antigen kami negatif. Untuk kedua kalinya Nayla di colok colok lagi deh hidungnya (tenggorokannya enggak karena hanya antigen).

Akhirnya setelah menunggu 20 menit kita bertiga dinyatakan bebas dari covid yaaaaaay. Alhamdullilah. Langsung beli ice cream cuy hi...hi....

Cek thorax dan D Dimer (kekentalan darah)

Tanggal 23 Juli 2021 gw sama pop ke klinik Pramita di Matraman untuk cek Thorax dan D Dimer alias kekentalan darah. Buat jaga jaga aja soalnya gw kan ada komorbid.

"Klinik Pramita.jpeg"
Hasil lab pop Thoraxnya bagus tapi D Dimernya tinggi 1.342 normalnya 500, sedangkan gw hasil Thoraxnya  paru paru bagian bawah kiri dan kanan agak berkabut sedikit dan D Dimernya tinggi banget melampaui pop 2.200.

Sedih sih tapi kita bertekad mau sembuh total, jadi kita berdua langsung berobat ke penyakit dalam. Pop di rujuk ke Persahabatan untuk ngecek D Dimernya karena alat di sana lebih canggih, sedangkan gw harus konsul ke dokter paru dulu.

Konsul di dokter paru  bisa dua bulanan, makanya pop memutuskan untuk barengan aja ke Rs Persahabatan untuk ngecek D Dimernya setelah gw berobat.

Sama dokter parunya karena gw gak ada keluhan bahkan asma gak kambuh selama terpapar kemarin, Gw hanya diminta untuk menghisap Seretide (obat asma gw) selama dua bulan setiap malam.

"Seretide Diskus.jpeg"
Setelah dua bulan gw dapat juga surat lulus dan siap buat jadi Pejuang Vaksin. Terus gimana dengan D Dimer kita?

Dokter Hendra Agustian yang menangani kita berdua di bagian penyakit dalam RS Yadika Pondok Bambu, cuma nanya "ada keluhan gak selama dua bulan ini? karena kita jawab "gak ada dok", dengan enteng dia jawab "ya sudah gak usah ke Persahabatan".

Alasannya waktu cek darah dan thorax kita baru beberapa hari negatif dari Covid-19 jadi wajar hasilnya gak begitu bagus, istilahnya masih ada sisa sisa. Lega dong gak harus cek apa apa lagi.

Hi Kalian keluarga dan sahabat tersayang

Sementara untuk makan Alhamdullilah semua sayang kami. Sayangnya yang sempat di foto hanya makanan yang pertama kali datang pas habis PCR (dari Ucu agustin) sama cake dari Vivi Zabki pas kita sudah negatif, karena fotografernya tepar๐Ÿ˜‚.

"Kambake.jpeg"
"Cake Lemon.jpeg"
Obat, vitamin dan makanan makanan enak itu datang dari Kantor pop Katadata, Elly kakak gw, Pree Ambodo adek gw, Ina adek ipar yang tinggal di cibubur, Jimmy Silalahi, Mama khanisa.

Ada juga dari Mama Arka, mba Jihan, mba Prita Laura, Rifa Kurnia, Ucu agustin, Dessy Safina, Mba Ovi, Vivi Zabki, Mba Mayang dan Mas Arfi Bambani. 

Mereka ini adalah sebagian dari sahabat sahabat kami yang mengirimkan sayur mayur, buah buahan, vitamin dan makanan yang enak enak buat kami.

Bahkan Jimmy yang biasa kita panggil Jimbo sampai bela belain datang ke apartemen demi memastikan roti dan lauk pauk yang dia kirim sampai ke kita. 

Walaupun tetap gak bisa ngasih langsung karena semua di pool dulu di satgas covid baru nanti diantarkan ke unit kita.

Lega rasanya sudah bisa menuliskan ini di blog, karena ini jadi catatan bersejarah kalau kami diberi nikmat saat pandemi melanda dunia.

Makasih buat yang sudah mampir, jaga kesehatan ya tapi jangan lupa untuk selalu bahagia.

Komentar

  1. Ya ampuuuun syukurlah mbaaaa, sembuh dan pulih Yaa. Aku kebayang kalian bertiga dengan Nayla yg masih sekolah juga, harus ngadepin itu. Tapi memang pas delta kemarin jauuuh LBH serem drpd yg pertama dan omicron. Aku aja stress tiap denger temen dan saudara ada yg kena, apalagi sampe meninggal ๐Ÿ˜ญ. Atau suara mesjid yg tiap hari KSH tau orang meninggal. Ada bunyi telp rumah, langsung panik, Krn takut denger kabar buruk.

    Tetep jaga kesehatan mbaaaa.. semoga dijauhkan dari penyakit berbahaya seperti ini kalian bertiga yaaaa ❤️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin makasih doanya mba Fanny sayang, doa yang sama untuk mba Fanny sekeluarga. semoga pandemi segera berakhir ya.

      Hapus
  2. alhamdulilah udah membaik ya mbak
    bulan kejadiannya sama kayak aku mbak, aku isoman sebulanan. Paling lama dibanding temen-temen aku
    dan aku sendiri ga tau, sebenernya aku itu kena virus varian yang mana
    pas isoman, rajin banget konsumsi vitamin, makan on time

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdullilah mba Ainun juga sehat sehat. Kok bisa sebulanan mba? Kalau tahun lalu di bulan itu Delta.
      Semoga kita selalu diberi sehat ya mba

      Hapus
  3. semoga sehat selalu ya mbak, duh bacanya ikut berasa horornya saat itu, cuma bisa berharap pendemi ini segera berlalu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin makasih doanya mba Widayati. Doa yang sama buat mba Widayati sekeluarga. Semoga pandemi cepat berlalu ya

      Hapus

Posting Komentar