Selamat Jalan Mami Tercinta

Hi Mom...

Akhir Juli  atau tepatnya 29 Juli 2022 pas setahun mami tercinta meninggalkan kita semua. Gw mencoba untuk menuliskan kenangan tentang mami tapi gak bisa, terlalu banyak kenangan manis tentang Mami.

Tapi harus gw tulis buat jadi pengingat Nayla kalau dia punya Oma dan Opa yang hebat.

"Mami Hanna 1.jpeg"
Mami versus Banjir

Selama ini kalau rumah Mami kebanjiran atau  sakit, biasanya sebagai pertolongan pertama selalu di bawa ke rumah Elly kakak gw setelah itu biasanya baru deh gw jemput. Rumah kakak  memang  satu komplek dengan Mami di Pondok gede, hanya beda gang.

Sebetulnya ada tiga orang adik laki-laki yang juga tinggal di komplek yang sama, bahkan ada yaang satu rumah dengan mami. Kebetulan setelah bercerai adik nomer satu gw, tinggal sama mami.

Sedih melihat adik gw bercerai, tapi gw  melihatnya ini jalan terbaik yang diberikan Allah, dia bisa menemani Mami di rumah. Karena sejak adik bungsu menikah, Mami tinggal sendiri. 

Sayang rumah Mami dan rumah dua adik cowok gw juga selalu kebanjiran, Jadilah setiap banjir atau sakit Mami selalu menginap di rumah kakak perempuan. Lokasi rumahnya  lebih tinggi jadi rumahnya relatif aman.

Saat banjir hebat yang airnya sampai seleher orang dewasa bulan Februari 2021 lalu, Mami tiba-tiba sakit kita menduga mami mungkin shock melihat rumah masa kecil kami hampir tenggelam untuk ke sekian kalinya.

Padahal saat itu Covid-19 lagi tinggi-tingginya, di apartemen hampir ratusan yang terpapar yang bikin kita gak bisa nengokin mami. Akhirnya hanya kakak dan adik-adik yang merawat mami di rumah, gw sempat menemani Mami ke rumah sakit untuk di rawat inap.

Satu bulan sebelum Mami berpulang

Kenangan terakhir sebelum mami meninggalkan kita semua, mami sempat menginap selama satu minggu itu. Karena gw sama doddy mau mengantar Mami berobat ke RS Persahabatan, yang memang lebih dekat dengan rumah kita.

Sudah gw niatkan untuk bikin buburnya sendiri, jadi gw nyetok daging sapi dan ayam kampung cincang. Alhamdullilah biar lama makannya, bubur sama buahnya habis di makan Mami.

"Bubur 1.jpeg"
"Bubur 2.jpeg"
Sayangnya saat di rumah sakit gw sempat marah-marah dan gak sabaran sama mami. Gara-gara dia gak mau pakai masker, dengan begonya gw marahin mami "Mami siapa sampai gak mau pakai masker, dokter aja pake kok" ya Allah mulut gw jahat amat sih.

Untunglah semua ketololan gw bisa di stop, pas suami gw ambil alih setelah dia selesai daftar dan antri di loket pendaftaran. Dengan takjub gw lihat suami gw sambil jongkok di pinggir kursi roda, dengan kedua tangannya dia merangkul mami.

"Mami Hanna 2.jpeg"
Mami mendadak anteng gak minta lepas maskernya, kalaupun dilepas pop dengan sabar masangin lagi. Sambil dibecandain pakai kalimat bahasa Inggris, yup selama ini suami gw teman dia berbicara dengan bahasa yang dia kuasai.

"Mami Hanna 3.jpeg"
Kalau orang melihat adegan ini, pasti mereka mengira suami gw yang anaknya Mami dan gw si mantunya yang judes. Selama ini memang suami gw  bisa mengajak bercanda dan ngobrol mami dengan akrab.

Mengingat ketidaksabaran dan kekasaran mulut gw ke Mami di rumah sakit rasanya gw mau mati aja deh, cuma masalah masker aja marah marah ke Mami padahal di rumah ada face shield kenapa Mami gak dikasih pakai itu aja.

Andai waktu bisa diputar, gw pingin lebih sabar saat menghadapi Mami sakit. Sifat gw jelek banget, kalau cemas sama seseorang karena sayang jatohnya malah jadi judes.

Maaf Mi ....

Satu lagi yang gw sesali, gak bisa lama merawat Mami pas sakit di akhir hayatnya. Selama Mami sakit di 2021 gw memang hanya bisa support dana, sesekali kalau dirasa aman gw pernah antar dan nungguin mami di rumah sakit.

Gak bisa bantu tenaga banyak karena di Apartemen masih zona merah ratusan orang kena covid. Mau keluar rumah mikir seribu kali, sampai akhirnya satu bulan sebelum Mami wafat kita beranikan diri buat ke rumah kakak.

Sampai di sana kakak minta Mami di bawa ke rumah sakit yang punya peralatan lengkap kayak Persahabatan. Kita sanggupi walaupun deg-degan karena Persahabatan juga jadi rujukan Covid.

Sayangnya kita saat itu hanya bisa merawat mami di apartemen selama seminggu. Karena satu bulan yang lalu kita sudah memesan hotel di Jakarta, biar Nayla gak stress di rumah terus.

Gw bilang gak mungkin bawa Mami menginap di hotel, karena kondisi Mami lagi gak sehat selain gak boleh juga sama pihak hotel riskan juga bawa Mami menginap di luar.

Jadi gw minta minggu depan Kakak gw yang bawa Mami kontrol kedua, setelah kami kembali ke rumah Mami akan gw bawa menginap lagi di rumah. Kenapa ya saat itu kita tetap staycation?, coba kalau kita batalin kita masih punya waktu buat merawat Mami di tempat kita.

Karena ternyata pas balik ke rumah, kita Terpapar Covid-19. Gw sama suami isoman 14 hari di apartemen, pas sudah negatif kita berdua juga kontrol bolak balik ke dokter penyakit dalam khusus untuk gw ke dokter paru juga.

Makanya kita gak bisa buru buru ambil Mami karena selain kita baru sembuh dari Covid, apartemen kembali menjadi zona merah. Sampai akhirnya tanggal 29 Juli mami bahkan gak bisa kontrol ke rumah sakit lagi karena tubuhnya sudah menolak dan pergi meninggalkan kita selamanya.

Umak Ikuuuut....

Ini adalah celotehan mami, beberapa minggu sebelum meninggal. Mami memanggil ibunya Umak dan Ubak (panggilan untuk Ibu dan Bapak dalam bahasa Palembang).

Saat sakit 2 bulan sebelum meninggal (Mei - Juli 2021) mami pernah menceracau dengan bahasa Kubu sepertinya, karena kami suka dengar kalau kumpul dengan saudara saudara dari keluarga besar Mami.

Tapi saat kakak gw cerita kalau Mami mengigau memanggil ibunya (kita manggilnya bukan nenek dan kakek tapi Nyai dan Kyai) Umak ikuuut... berulang-ulang, hati gw serasa ada yang nonjok dan otomatis air mata gw mengalir.

Ya Allah mami saat sudah sedikit susah diajak bicara tapi bisa dengan jelas manggil ibunya. Padahal dia biasanya manggil nama suami kakak gw, "John tolong john Mami takut".

Gw gak mau ini jadi pertanda, tapi harus siap untuk diikhlasin. Sama seperti saat Bapak ngasih pertanda ke Gw, dia minta pulang aja dari rumah sakit. Khusus ke gw bapak bilang untuk beresin meja kerjanya karena abang gw bakal nulis di meja itu padahal abang gw kan jauh di Jambi.

Terus nantinya kalau sudah di rumah dia maunya tidur pakai tempat tidur gw, bingung dong gw kan Bapak punya kamar dan kasur sendiri. 

Akhirnya terjawab ketika kita datang dengan ambulance membawa Jenazah Bapak ke rumah, tempat tidur gw yang dikeluarin sama pengurus RT setempat ke ruang tamu. 

Semua keinginan Bapak untuk pulang ke rumah dan tidur dengan tempat tidur gw, termasuk kedatangan abang-abang gw dari Jambi untuk duduk di meja kerja dia  di rumah terkabul sudah.

Sama seperti igauan Mami kita menganggap Mami sudah siap menghadap Illahi (karena badannya sudah menolak untuk makan dan minum obat), tapi tetap aja gak ada yang kuat. Sedih... kami akhirnya yatim piatu, untunglah semuanya sudah berkeluarga.

Mami sama Bapak datang dalam mimpi

Mungkin gw termasuk anak Mami sama Bapak yang didatangi orangtua setelah mereka wafat. Ada ustadz di acara religi di televisi yang bilang kalau ddatangi orang yang sudah meninggal di dalam mimpi kalau mereka tidak berbicara sudah pasti memang benar mereka.

Beda kalau mereka berbicara (kita melihat mereka berbicara) mereka pasti Jin yang menyerupai manusia.

Almarhum Bapak yang paling gw inget datang dalam mimpi saat baru melahirkan Nayla. Bapak hanya berdiri lama ngeliatin Nayla, pas bangun gw merasa Bapak bahagia sudah nengokin Nayla. 

Karena dulu kalau lagi di jalan (pas Bapak jemput gw pulang kerja) Bapak pernah bilang, "Kau kayak apo ya kalau punyo anak," dengan logat palembang. Ya Allah Bapak kayak tau ya kalau gak akan lihat gw menikah.

Bapak memang orang Jawa tapi sejak kecil tinggal di Palembang, ketemu Mami yang aseli Palembang di sana.

Makanya di rumah kita biasa pakai bahasa Indonesia logat dan dialek Palembang, Bapak baru pakai bahasa Jawa dengan fasih ketika ketemu teman atau tetangga yang aseli Jawa.  

Selanjutnya gw mimpiin Mami tanggal 17 Agustus 2021, beberapa minggu setelah Mami wafat. Jadi ceritanya di mimpi itu gw dengar ada yang lagi ngisi air dalam ember,  gw otomatis manggil Mami padahal saat itu gw sadar Mami sudah gak ada.

Ternyata Mami ada di belakang sedang ngisi ember dengan air, gw merasa dia bilang dia isi air sekalian mau masak nasi juga. Gw bilang saat itu ke Mami, biar gw aja yang masak nasi sama ngisi air.

Gw gak lihat Mami ngomong tapi dalam hati gw seperti mendengar suaranya, berasnya 3 gelas aja tambahin segenggem (satu genggam pakai logat Palembang). Terus gw nanya semalam kemana kok tidur di tempat lain.

Dalam hati gw dengar Mami bilang, dia nyenyak tidur di rumah itu karena ada beberapa orang juga di sana (Mami ketika masih hidup bisa tidur  nyenyak kalau di rumah gak sendirian, ada yang nemenin). 

Mungkin karena Mami satu makam dengan Bapak dan sudah ketemu juga dengan kedua orang tua dan anak nomer duanya kakak Dewi Sartika yang wafat ketika masih berumur beberapa bulan.

"Makam Mami & Bapak.jpeg"
Terus gw bilang di mimpi itu nanti kita ubah kamar Mami kayak yang di tempat mami nginep sekarang biar bisa tidur. Ya Allah gw coba berpikir yang baik kalau  arti mimpi gw, Mami sekarang ada yang nemenin dan tempatnya nyaman serta sejuk Aamiin.

Gw gak tau ya dari semua anak orangtua kami, kenapa hanya gw yang dimimpiin sama Mami dan Bapak. Mungkin karena gw sering sakit kali ya? selama ini walau masih sering debat keras, setelah menikah gw sama mami bisa sedikit berbicara dengan mesra.

"WA Mami.jpeg"
Gak bisa lagi merasakan masakan Mami

Untunglah Mami sempat merasakan masakan gw kayak Pindang PatinLasagna Terong sama kue kue kering Nastar

Sementara gw sempat minta beberapa resep Mami Tekwan (sayang khusus yang ini belum sempat praktek bikin sendiri), sedangkan Cumi Asin Cabe IjoIkan Sepat BaladoTumis GenjerPempek Lenggang sering banget gw praktekin dan jadi favorit di rumah.

Ada untungnya gw punya blog masak dan sempat mencatat dan praktekin sebagian resep-resep Mami dan Mama mertua, kalau enggak gak bisa lagi merasakan masakan mereka ketika mereka sudah tidak ada.

Ada satu hal lagi yang patut gw syukuri karena kakak gw pernah meminta kami membawa Mami ke rumah sakit dekat rumah kita, jadi kita punya kesempatan untuk merawat mami walau hanya sebentar. 

Karena saat itu gw juga mau persiapan operasi dan banyak banget yang terpapar Covid di apartemen, jadi gak leluasa bawa atau ketemu Mami. Gw berharap Mami dan Bapak tahu gw sayang banget sama dia.

Buat yang masih punya orangtua, berbahagialah karena ladang pahala dan kunci kalian masuk Surga ada di sana. Kalau ada mereka sudah  gak ada kita hanya bisa kirim doa melalui sholat atau ibadah kita, aaaah jadi kangen sama mereka, Alfatihah.

Makasih buat yang sudah mampir di blog ini, selain jaga kesehatan  protokol kesehatan ketat tetap kita jalankan. Tapi jangan lupa untuk bahagia ya, byeeeee.

Komentar

  1. Kita agak mirip nih mba, saat orang yang kita sayangi sedang sakit, jujur aku pun terkadang marah. Bukan Krn ga suka, tapi sbnrnya deep inside aku kuatir mereka kenapa2. :( Apalagi kalo sampe masuk RS. Kayak trauma aja, pas inget papa mama mertua. Opnam tapi malah akhirnya meninggal.

    Jadi kadang aku tuh saking pengennya nyembunyiin prasaan takut TD, malah jadi marah πŸ˜”.

    Berasa banget memang kalo kehilangan ortu yaaa. Papa mama ku msh hidup, tapi mertua udah berpulang. Krn hubunganku Ama mertua Deket, jadi pas meninggal sedihnya sangat berasa, seolah ortu kandung

    Semoga almarhum mamanya mba, dilapangkan kuburnya, dan diterima segala amal kebaikan , amin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin makasih doanya mba Fanny. Senangnya kalau masih ada orangtua ladang pahala kita ya mba, semoga mba fanny sekeluarga dan kedua orangtua sehat sehat dan bahagia selalu ya mba, Aamiin

      Hapus

Posting Komentar