Gak Ada Yang Ngalahin Tradisi Makan Siang Indonesia

Hi Mom...

Bulan Oktober tahun 2025 yang baru berlalu ini rasa bahagianya warna warni banget, ada dua konser yang kita tonton Mariah Carey di Sentul dan Peterpan di Bandung. Bulan Oktober kita juga ke Kota Malang karena Nayla yang sedang kuliah Universitas Brawijaya ulang tahun dan belum bisa pulang ke Jakarta. (Nayla Ultah di Malang)

(Buku Tradisi Makan Siang Indonesia.Jpeg)

Berkah dan bahagia gak berhenti disitu, buku antologi masak kedua ternyata juga sudah terbit. Buku berjudul Tradisi Makan Siang Indonesia (TSMI): Khazanah Ragam dan Penyajiannya yang diluncurkan pada 31/5/2025 di ajang bergengsi Ubud Food Festival ini jadi buku antologi ke empat gw aaah bangganya.

(Buku Antologi gw.Jpeg)
Punya buku antologi masak lagi yaaaay...

Buku persembahan kolektif dari Omar Niode Foundation, Yayasan Nusa Gastronomi Indonesia, dan Komunitas Food Blogger Indonesia itu sebagai upaya pelestarian warisan kuliner Nusantara. Kebetulan gw salah satu anggota dari Komunitas Food Blogger Indonesia (FBI), itu sebabnya bisa ikutan nulis.

Flasback sedikit jadi waktu itu Katerina atau yang akrab dipanggil mba Rien ketua komunitas FBI di WAG ngajakin kita buatan ikutan lagi nulis di buku yang digagas Yayasan Omar Niode. Gayung bersambut gw dan teman-teman baik yang belum pernah dan yang sudah pernah ikutan di buku (Comfort Food Memoirs) langsung ikutan daftar, apalagi temanya tentang makan siang.

Selain menceritakan makan siang apa bareng keluarga juga peralatan makan apa yang dipakai waktu di rumah dan saat dibawa ke sekolah atau ke kantor. Resep diharapkan bisa disertakan.

Langsung deh otak gw mikir resep makan siang apa yang pas untuk tema tradisi makan siang Indonesia. Di rumah ada beberapa masakan yang jadi favorit suami dan Nayla yang dibuat dari resep yang gw ambil dari google dan dimodifikasi.

Pilihan jatuh untuk mengirimkan resep Sate Lilit Bali beserta cerita dibalik pembuatannya. Kira kira 90 persen resep ketika diuji coba di dapur pasti masaknya berdua Nayla, kalau dia sekolah pasti diulang masaknya pas hari libur saat kita gak keluar rumah.

(Nayla dan Sate Lilit.Jpeg)
Untuk sate lilit ini Nayla paling senang pas bagian nempelin daging ikan yang sudah dikasih bumbu ke batang sereh yang agak dikeprek sedikit, jadi keluar bau harum serehnya. Begitu juga saat sate lilit mau di panggang di panggangan teflon, harumnya menyebar di dalam apartemen.

(Sate lilit di Buku Tradisi Makan Siang Indonesia.Jpeg)
Sayurnya biasanya saya pilih sayur bening atau tumis kangkung kesukaan suami. (Resep sate lilit ikan tenggiri ala mom Nayla)

(Sate Lilit untuk Makan Siang.Jpeg)
Dari e-book jadi sebuah buku

Ada 40 penulis yang dikasih kesempatan untuk ikutan nulis dibuku ini sedangkan proses pengumpulan tulisan Tradisi Makan Siang Indonesia sudah dimulai sejak Oktober 2024. Selain itu juga dikumpulkan lewat lomba menulis yang diadakan oleh FBI di blog dan media sosial. 

Nah yang bikin tambah happy, hasil tulisan para peserta  awalanya hanya  akan diterbitkan dalam bentuk e-book. Namun, pada Februari 2025 ada ide untuk menjadikannya buku cetak. 

(Buku Tradisi Makan Siang Indonesia.Jpeg)
Tentunya gak semudah itu untuk menerbitkan sebuah buku, apalagi ini berasal dari beberapa puluh penulis. Pastilah yang paling banyak menyita waktu adalah saat merevisi tulisan agar sesuai dengan konsep buku. Begitupun dengan foto-foto yang menyertai tulisan banyak yang resolusinya kecil jadi harus dikirim ulang.

Apalah setelah itu buku siap dicetak? tentu enggak dong, karena buku ini direncanakan dibuat dalam bentuk dua bahasa (Indonesia dan Inggris), jadi  tulisan dari 40 orang penulis  beserta kata sambutan, kata pengantar dan semua perintilannya harus diterjemahkan ke bahasa Inggris. Kebayang proses ini akan memakan waktu yang panjang. 

Tidak hanya itu ibu Amanda Katili merasa perlu mencari seponsor karena kepinginnya buku dicetak hard cover, full color, dan menggunakan kertas tebal premium. Biaya produksinya tentu tidak sedikit, apalagi jumlah halamannya mencapai 505, plus dia mau para penulis dapat buku ini secara gratis.

Ubud Food Festival di bulan Mei 2025 jadi ajang peluncuran perdana buku ini. Bulan Agustus 2025 buku masuk tahap produksi, setelah revisi final dan persiapan cetak selesai. Akhirnya di bulan Oktober 2025 selesai dicetak.

(Buku Tradisi Makan Siang Indonesia.Jpeg)

Rasanya gak percaya pas pegang buku ini, cakeeeeep pol. Bangga bisa ikut nulis di buku setebal 482 halaman yang keren ini, apalagi pakai dua bahasa. Widiiiih mendunia sekali, semua orang di belahan dunia manapun bisa ikut menikmati buku ini.

Gw saja baru tahu tradisi makan siang dari kota Pontianak yang meriah karena biasanya dilakukan secara komunal yang dihamparkan di meja. Makanannya sih sama  terdiri dari nasi, lauk dan sayur tapi makanan penutupnya biasanya agak berat kayak kolak atau makanan manis yang biasanya disajikan juga dengan minuman manis.

Ada juga yang makan siangnya pakai nasi jagung salah satu makanan tradisional yang bisa dijumpai di daerah Jawa, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura. wah bacanya gw jadi ngiler karena sesekali di rumah juga masak nasi jagung. Buat penyuka jagung, adanya nasi jagung atau sego jagung pasti bakalan suka karena selain bergizi juga mengenyangkan.

Kekayaan makanan di Indonesia yang beragam dan unik-unik yang ada di buku ini dilengkapi juga dengan resep simple yang bisa dinikmati dunia. Pastinya dong karena buku hard copy ini dicetak dalam dua bahasa. Semoga makanan dari Indonesia makin dikenal dunia.

Makasih buat yang sudah mampir di blog ini, jangan lupa di recook ya. Tapi yang paling penting jangan lupa untuk bahagia...bye....
(Buku Tradisi Makan Siang Indonesia.Jpeg)

Komentar