Hi Mom...
Tanaman dalam pot atau bahkan sebuah pohon gak asing di rumah orang tua gw. Dulu kami punya pohon belimbing buah yang buahnya walaupun gak berlimpah tapi cukuplah buat dipandang pandang mata.
Almarhum bapak paling gak suka lihat buah di bungkus bungkus dengan koran atau pelastik dengan alasan biar gak di makan codot. Karena buah di pohon itu jadi salah satu obat capek, penyegar mata dan penyejuk hatinya setiap pulang kantor.
Jadi kami mana pernah tahu rasanya belimbing dari pohon sendiri, kalau kepingin ya belilah ha...ha.... Ya gimana itukan pohon kesayangan bapak yang dia siram pagi kalau hari libur dan tiap sore setelah dia pulang kantor.
Sambil menyiram pohon dengan selang air bapak dengan teliti memeriksa daun dan buah (mungkin juga diajak ngomong kayaknya), jangan sampai ulat atau hama hinggap di pohon kesayangan. Pokoknya pohon itu subur dan apik persis sama dengan perlakuan beliau ke mobil atau kulkas di rumah.
Rapi jali, kinclong dan wangi banget deh. Hingga akhirnya pohon kesayangan ini ikut layu dan mati seiring dengan kepergian bapak. Mereka seperti punya kontak bathin hiks atau mungkin karena kami tenggelam dengan kesedihan hingga beberapa lama seperti melupakan untuk mengurus pohon belimbing bapak.
Sementara mami hobi juga tapi dia memilih untuk beli pohon pohon dalam pot. Kebiasaan ini akhirnya menular juga di gw, dari mami gw punya beberapa tanaman bunga yang cantik cantik.
Awalnya hanya punya satu tanaman di rumah kontrakan pertama kami, bunga kamboja warna merah hadiah suvenir pernikahan sahabat gw Iman Rosidi dan Uci jadi tanaman pertama yang gw punya dan gw sayang karena rajin berbunga sampai sekarang (lebih dari 10 tahun) bahkan sudah di bagi bagi ke tetangga segala.
![]() |
Janda Bolong |
![]() |
Silver Dust |
![]() |
Gerbera Kuning |
![]() |
Gardenia/Kaca Piring |
Minimal ini jadi obat kita sekeluarga yang lagi gak bisa duduk duduk berjemur atau ngobrol di taman umum. Semoga pandemi cepat berlalu ya mom...